Tugas Mandiri 04

RINGKASAN KRITIS IMPLEMENTASI CIRCULAR ECONOMY

A. Identifikasi Sumber 

Judul Artikel: Circular Economy Strategies for Sustainable Textile Production: A Case Study of H&M Group

Penulis: Niero, M., & Hauschild, M. Z.

Tahun Publikasi: 2021

Sumber: Journal of Cleaner Production, Vol. 329, 129774.

Penerbit: Elsevier (Scopus-indexed)

B. Ringkasan Eksekutif 

Artikel ini membahas penerapan prinsip circular economy dalam industri tekstil, dengan fokus pada strategi keberlanjutan H&M Group sebagai salah satu produsen pakaian global terbesar. Latar belakang studi ini berangkat dari permasalahan limbah tekstil yang terus meningkat akibat model produksi fast fashion yang bersifat linear (“take–make–dispose”). Tujuannya adalah mengevaluasi sejauh mana inisiatif H&M dalam mendesain produk, pengelolaan limbah, dan rantai pasok mencerminkan prinsip ekonomi sirkular.


Metodologi yang digunakan adalah analisis life cycle assessment (LCA) dan wawancara dengan pemangku kepentingan di rantai pasok. Data dikumpulkan dari laporan keberlanjutan perusahaan dan hasil pengolahan limbah tekstil dari tahun 2017–2020.


Hasil studi menunjukkan bahwa penerapan model sirkular H&M berfokus pada peningkatan efisiensi bahan, program clothing take-back, serta pengembangan serat daur ulang. Namun, efektivitas upaya tersebut masih terbatas oleh keterbatasan teknologi daur ulang serat dan perilaku konsumen yang masih konsumtif.

C. Analisis Prinsip Circular Economy 

Penerapan prinsip 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Recover, Redesign) terlihat cukup jelas dalam studi ini:


  • Reduce: H&M menerapkan strategi pengurangan bahan mentah melalui penggunaan serat organik dan bahan daur ulang hingga 57% dari total produksi pada 2020.
  • Reuse: Melalui program Garment Collecting Initiative, pelanggan dapat mengembalikan pakaian bekas ke toko untuk digunakan kembali atau didaur ulang.
  • Recycle: H&M menginvestasikan teknologi daur ulang serat tekstil (seperti proyek “Loop”) untuk mengolah kembali pakaian menjadi benang baru.
  • Recover: Limbah non-daur ulang digunakan sebagai bahan bakar energi di fasilitas tertentu.
  • Redesign: Desain produk diarahkan agar lebih mudah diperbaiki, didaur ulang, dan memiliki umur pakai lebih panjang.

Tingkat keberhasilan penerapan prinsip 5R tergolong sedang: perusahaan berhasil mengurangi limbah tekstil hingga 30% dalam lima tahun, tetapi daur ulang serat masih menghadapi kendala teknis, terutama dalam pemisahan serat campuran.

D. Evaluasi Kritis 

Kelebihan utama implementasi H&M adalah komitmen sistemik dan transparansi laporan keberlanjutan. Kolaborasi dengan lembaga penelitian dan organisasi daur ulang menunjukkan upaya serius menuju sirkularitas. Namun, kelemahannya terletak pada skala implementasi yang masih terbatas dibandingkan volume produksi global. Hambatan utama meliputi kurangnya teknologi daur ulang serat campuran, biaya tinggi untuk pengumpulan pakaian bekas, dan resistensi konsumen terhadap produk daur ulang.


Dalam konteks Indonesia, pendekatan serupa dapat diterapkan di industri tekstil Bandung atau Solo, dengan dukungan kebijakan pemerintah dan insentif bagi produsen yang menerapkan sistem take-back.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi

Studi ini menunjukkan bahwa circular economy dapat menjadi solusi efektif untuk menekan dampak lingkungan industri tekstil, asalkan diterapkan secara menyeluruh di seluruh rantai nilai. Pelajaran penting bagi industri lain adalah perlunya investasi dalam inovasi bahan, desain produk yang mudah didaur ulang, dan perubahan perilaku konsumen. Untuk konteks Indonesia, kolaborasi antara industri, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci untuk mempercepat transisi menuju ekonomi sirkular yang inklusif .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artikel dan Mindmap 1 Muhammad Rayhan Ibrahimovich

Tugas Mandiri 1

Jurnal 1